Rabu, 15 Agustus 2012

pengertian gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat

Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat dan Contohnya

Di bawah ini disampaikan pengertian dari jenis-jenis gaya bahasa di atas yang dirumuskan secara bebas oleh peneliti berdasarkan pemahaman yang penulis peroleh dari berbagai sumber, “Diksi dan Gaya Bahasa” karya Gorys keraf, juga karya Henry Guntur Tarigan, Rahmat Joko Pradopo dan dijumpai di segenap buku yang membicarakan gaya bahasa.

1. Klimaks,
yang disebut juga gradasi, adalah gaya bahsa berupa ekspresi dan pernyataan dalam rincian yang secara periodek makn lama makin meningkat, baik kuantitas, kualitas, intensitas, nilainya.
Contoh:
Idealnya setiap anak Indonesia pernah menempuh pendidikan formal di TK, SD, SMP, SMA/SMK, syukur S2, S3 sampai gelar Doktor dan kalau mengajar di Perguruan Tinggi bergelar Profesor/Guru Besar pula.
b. Dalam apresiasi sastra, mula-mula kita hanya membaca selayang pandang puisi yang akan kita apresiasi, lalu kita membaca berulang-ulang sampai paham maksudnya, merasakan keindahannya, terus mengkajidalami, bisa membawakannya penuh penghayatan, sampai kita mampu menghargai keberadaan dan mencintainnya, syukur juga terpangil untuk kreatif menciptakan bentuk-bentuk sastra.

2. Antiklimaks
merupakan antonim dari klimaks adalah gaya bahasa berupa kalimat terstruktur dan isinya mengalami penurunan kualitas, kuantitas intensitas. Gaya bahasa ini di mulai dari puncak makin lama makin ke bawah.
Contoh:
Bagi milyader bakhlil, jangankan menyumbang jutaan rupiah, seratus ribu, lima puluh ribu, sepuluh ribu, seribu rupiah pun ia enggan, masih dihitung-hitung.
b. Jauh sebelum memperoleh mendali emas dalam Olimpiade Athena 2004 cabang bulutangkis, Taufik Hidayat niscaya telah menjadi juara nasional dan sebelumnya juga tingkat propinsi, kabupaten, malahan pula tingkat kecamatan, desa, RT/RW.

3. Paralelisme
adalah gaya bahasa berupa penyejajaran antara frase-frase yang menduduki fungsi yang sama.
Contoh: Kriminalitas dan kemaksiatan itu akan menyengsarakan banyakmorang, membuat menderita kurban-kurbannya.

4. Antitesis
adalah gaya bahsa yang menghadirkasn kelompok-kelompok kata yang berlawanan maksudnya.
Contoh:
Kau yang berjani kau pula yang mengingkari
Kau yang mulai kau pula yang mangakhiri
Di timur matahari terbit dan di barat ia tengggelam

5. Repetisi adalah gaya bahasa dengan jalan mengulanmg pengunaan kata atau kelompok kata tertentu.
Contoh:
  • Seumpama eidelwis akulah cinta abadi yang tidak akan pernah layu
  • Seumpama merpati akulah kesetiaan yang tidak pernah ingkar janji
  • Seumpama embun akulah kesejukan yang membasuh hati yang lara
  • Seumpama samudra akulah kesabaran yang menampung keluh kesah segala muara

Gaya Bahasa dan Jenis-jenisnya

Poerwadarminta dalam Widyamartaya (1995: 53) menerangkan bahwa gaya umum itu dapat ditambah , diperbesar dengan salah satu cara. Tiap cara atau proses ini akan menghasilkan sejemlah corak dengan nama-nama khususnya. Panorama selayang pandang tentang gaya bahasa dapat dirinci dengan memperbesar daya tenaganya terhadap gaya umum dengan cara-cara mengadakan:
1. Perbandingan; 2. Pertentangan; 3. Pertukaran; 4. Perulangan; 5. Perurutan.
Gaya bahasa ialah cara penyair menggunakan bahsa untuk menimbulkan kesan-kesan tertentu. Gaya digunakan untuk melahirkan keindahan (http://esastra.com/kurusu/kepenyairan.htm#Modul 11). Hal itu terjadi karena dalam karya sastralah ia paling sering dijumpai, sebagai wujud eksplorasi dan kreativitas sastrawan-sastrawati dalam berekspresi.
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis/pemakai bahasa (Gorys Keraf, 2002: 113). Suatu penciptaan puisi, juga bentuk-bentuk tulisan yang lain, misalnya cerpen, novel, naskah drama (Wacana sastra) sangat membutuhkan penguasaan gaya bahasa, agar puisi yang dihasilkan nanti lebih menarik, indah, dan berkualitas.

Pembicaraan tentang gaya bahasa sangatlah luas. Gorys Keraf (2002: xi-xii) membagi persoalan gaya bahasa, yakni:

1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata
  • Gaya bahasa resmi
  • Gaya bahasa tak resmi
  • Gaya bahasa percakapan
2. Gaya bahasa berdasarkan nada:
  • Gaya sederhana
  • Gaya mulia dan bertenaga
  • Gaya menengah.
3. Gaya bahasa berdarkan struktur kalimat
  • Klimaks
  • Antiklimaks
  • Paralelisme
  • Antitesis
  • Repetisi
4. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
a. Gaya bahasa retorika terdiri dari:
1) Aliterasi
2) Asonansi
3) Anastrof
4) Apofasis/preterisio
5) Apostrof
6) Asidenton
7) Polisindenton
8.) Kiasmus
9) Elipsis
10) Eufimismus
11) Litotes
12) Histeron proteron
13) Pleonasme dan tautologi
14) Perifrasis
15) Prolepsis/antisipasi
16) Erotesis/pertanyaan retoris
17) Silepsis dan Zeugma
18) Koreksio Epanotesis
19) Hiperbol
20) Paradoks
21) Oksimoton

b. Gaya bahasa kiasan
1. Persamaan/simile
2. Metafora
3. Alegori, Parabel dan Fabel
4. Personifikasi
5. Alusi
6. Eponim
7. Epitet
8. Sinekdoke
9. Metonimia
10. Antomonasia
11. Hipalase
12. Ironi
13. Satire
14. Iniendo
15. Antifrasis
16. Paronomasia

Rabu, 15 Desember 2010

Jadual atau Jadwal

Salah satu bahasa asing yang turut memperkaya khazanah bahasa Indonesia adalah bahasa Arab. Banyak kata yang berasal dari bahasa itu yang sudah tidak kita kenali lagi sebagai bahasa asing. Kenyataan itu tidak dapat disangkal karena banyak kata bahasa Arab yang sudah berintegrasi begitu kuat di dalam bahasa Indonesia. Walupun demikian, di dalam kenyataan berbahasa pemakai bahasa yang menggunakan kosakata yang berasal dari bahasa Arab itu masih banyak yang belum memahaminya secara baik, terutama jika kosakata itu digunakan dalam bahasa tulis. Salah satunya adalah penggunaan kata jadwal yang sering dituliskan menjadi jadual, seperti contoh berikut. Jadual keberangkatan Jadual pelajaran Jadual pertunjukkan Jadual permainan Jadual kegiatan Penulisan kata jadual pada contoh di atas tidaklah benar. Kata jadual dengan (u) hendaknya dituliskan jadwal dengan (w) karena di dalam bahasa asalnya, kata itu dituliskanجدوال. Huruf و pada kata itu diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi (w) bukan (u). Dengan demikian, contoh di atas seharusnya dituliskan sebagai berikut. jadwal keberangkatan jadwal pelajaran jadwal pertunjukkan jadwal permainan jadwal kegiatan Penulisan kata jadual dengan (u) di atas tampaknya beranalogi pada kata seperti kualitas dan kuantitas. Penulisan kedua kata terakhir itu sudah tepat karena huruf (u) pada keduannya memang berasal dari (u) dalam bahasa asalnya, yakni quality dan quantity. Jika ada penulisan kwalitas dan kwantitas, penulisan itu justru tidak benar. Selain kata jadwal, ada kosakata lain yang berasal dari bahasa Arab yang setipe dengan itu, seperti berikut: takwa bukan *takua fatwa bukan *fatua kahwa bukan *kahua Akan tetapi, perhatikan kata-kata berikut yang seharusnya ditulis dengan (ua). auratbukan *awrat tauratbukan *tawrat kaum bukan *kawum

http://id.wikisource.org/wiki/Buku_Praktis_Bahasa_Indonesia_1/Kata